Selasa, 09 September 2008
Niche Scooter
Niche Scooter Dari Corradino D'ascanio ke Marco Lambri
Bila Italia tak mengalami krisis ekonomi pasca PD-II. Mungkin sepeda motor berbalut ban kecil tak akan pernah lahir. Piaggio yang sejak perang dunia pertama dikenal sebagai industri dirgantara yang kerap menciptakan pesawat terbang hingga helikopter ini, mengalami dampak krisis ekonomi yang cukup pahit. Namun Enrico Piaggio sang pewaris perusahaan yang didirikan oleh Rinaldo Piaggio ini dapat dikatakan melakukan langkah yang sangat monumental.
Tindakan penyelamatan perusahaan yang dilakukan Enrico adalah dengan memerintahkan Corradino D'ascanio, sang insinyur aviasi yang sempat mendesain helikopter legendaris Italia - Agusta, untuk membuat sebuah sepeda motor mini. Permintaan Enrico pada Corradino saat itu adalah, "Coba Anda buat sebuah kendaraan roda dua yang mudah dikemudikan oleh pria maupun wanita, kemudian harganya harus terjangkau dan memiliki mesin dan bodi yang kuat. Dan kalau bisa didesain agar pakaian (baju celana) pengendaranya tak kotor terkena cipratan lumpur."
Menerjemahkan permintaan itu, akhirnya Corradino menciptakan sebuah sepeda motor kerdil yang dianggap dapat dengan mudah dikendalikan wanita, dan dilengkapi legshield agar kotoran tak naik ke kaki. Ya, prototipe ini lahir tahun 1946. Dan benda yang menjadi ikon revolusi desain kendaraan roda dua ini akhirnya dinamai Vespa (Lebah, Italia). Karena perancangnya biasa bergelut dengan helikopter. Maka tak heran bila konstruksi mesinnya tak jauh berbeda dengan pesawat yang dapat take-off secara vertikal tersebut.
Hmmm... itulah sepenggal sejarah Piaggio Vespa. Namun cerita yang akan kami angkat kali ini adalah bagaimana kelanjutan kisah itu setelah lebih dari 60 tahun?
Tepatnya tahun 2006 lalu, saat salah seorang penggemar berat Vespa di tanah air yang sempat bermukim di negeri Paman Sam mendengar kabar, bahwa Vespa akan melansir produk limited edition untuk menyambut Anniversary ke-60 nya. Adalah Rama Notowidigdo yang merasa paling beruntung. Sebab ia bisa dibilang sebagai manusia yang cepat tanggap mencium gelagat.
Kala Piaggio akhirnya melansir Vespa GT60°, ia sempat menjadi `pemburu' nomor satu. Lewat penelusuran gambar di Internet dan menyimak beberapa artikel di sejumlah majalah. Akhirnya perburuan mulai dilancarkannya. "Saat itu bulan November 2006, saya mulai menghubungi dealer-dealer Vespa di seputar Kanada dan Amerika, kenapa saya justru mencari ke sana? Sebab saya tak punya link untuk berburu ke Eropa maupun Asia. Dan saya merasa memiliki kans besar di sana. Sebab Amerika mendapat jatah 250 unit dari hanya 999 unit yang diproduksi. Dan asal tahu saja, Australia hanya mendapat kuota 40 unit saja, itupun sudah habis. Sementara dealer Singapura harus puas dengan porsi dua unit saja."
Cerita warga Kebayoran Baru, Jakarta Selatan yang juga memiliki rumah di San Fransisco AS ini memang tak hanya sampai di situ, "Setelah mengontak beberapa dealer di sana, akhirnya dengan sangat beruntung saya bisa mendapatkannya di Detroit, Michigan. Namun disana harus inden beberapa bulan. Walau begitu, saya langsung menaruh DP agar barang tak kabur kemana-mana. Tak dinyana, sebuah showroom di San Fransisco baru saja mendatangkan lima unit GT60°, yang dua sudah pesanan orang lain, sisanya masih bebas. So, tak tahu apa yang ada di benak saya saat itu, sisa tiga unit itu langsung saya beli semua. Alhasil kini saya punya empat unit GT60°. Ha.ha.ha..."
Waahh. Serakah juga ya? Tapi ternyata prasangka kami terhadap Rama sungguh meleset. Sebab mengkoleksi empat unit sekaligus memang bukan suatu hal yang lazim. Walaupun dunia sudah mengakui GT60° sudah masuk golongan collector's item. "Begini bos, saya kumpulin motor ini, sebenarnya enggak akan dipakai semuanya. Tapi hitung-hitung bantu teman yang mau koleksi juga. Sebagai gambaran, di Australia harga barunya sekitar AUD 10.000. Tapi harga bekasnya kini sudah lebih dart AUD 15.000. Nah, coba deh hitung sendiri," beber pria berusia 30-an ini.
Waahh...ketahuan deh. Ternyata 'pedege' (pedagang) juga nih. Maka tak heran bila Rama melepas satu unitnya sekitar Rp. 170 juta plus surat-surat untuk Anda yang ingin mengkoleksinya. "Wajar kan harganya, ini barang limited lho. Coba kalau Anda beli Harley-Davidson, Sportster 883 (tipe termurah) saja sudah Rp. 195 juta. Beli H-D resale-nya bakal turun. Sementara Vespa ini malah bisa naik. Lihat saja di Australia," tambahnya.
Well, lalu apa sih yang membuat motor ini sangat istimewa? Embel-embel Limited Edition itulah yang rasanya membuat GT60° menjadi spesial. Dibuat hanya 999 unit untuk disebar ke seluruh dunia, motor ini memang nyata-nyata mencontek vespa tahun 1946.
Marco Lambri sebagai Chief Designer yang bertanggung jawab pada proyek yang berbau sentimentil ini memang tak mau kehilangan detail. Desain retro pada varian ini memang nampak kental, contohnya adalah lampu utama yang terpasang di atas spakbor depan dan stang besi yang terbuka.
Identitas lainnya yang tetap dipertahankan adalah, pihak Piaggio melebur kelir motor ini hanya dengan satu warna. Ya, cat berkode Grey 725 ini memang sama persis dengan leluhurnya.
Kemudian ada pula jok two-seater yang dibalut kulit hitam dengan stitching (jahitan) yang sangat sempurna. Namun karena berbagai pertimbangan, model jok sudah melenceng dari pendahulunya, sebab versi tahun 1946 didesain single seater.
Karena jaman sudah berubah, maka pemilihan mesin sudah tentu tak akan mengikuti spek awal yang berbekal tipe 2 tak berkapasitas 98cc. Dibalik bodinya yang klasik tertanam seabrek teknologi canggih, volume mesin 250cc yang dicomot dari varian GTS dengan teknologi 4-katup plus sistem electric injection nan canggih rasanya tak lagi membuat motor ini menjadi imut lagi.
Kemudian sistem pendinginan via radiator dan dual suspension di bagian buritan dan disc-brake depan belakang sudah cukup membuatnya makin modern.
Bagi pembeli skuter yang menjadi ikon romantisme Italia dan memiliki desain timeless (abadi) alias tetap bulat dan montok ini, Piaggio menyiapkan sebuah 'peneng' atau pelat besi yang bertuliskan serial number. Kebetulan unit yang kami foto bernomor 123/999. Dan pembeli GT60° akan mendapatkan sebuah buku sejarah vespa yang dikemas mewah serta cover (selimut) berbahan satin untuk melindungi motor dari debu.
Yang jelas, Anda tak hanya mendapatkan nostalgia saja bila membeli GT60°. Namun sejumlah teknologi terdepan juga sudah siap memanjakan Anda untuk sekedar berkeliling kota untuk melepas kepenatan sambil menggelinding di atas ban yang bukan lagi berdiameter 8-inci melainkan 12-inci ini.
Spesifikasi:
Mesin: 1 Silinder, 4 Valves, 4 Tak, EFI
Kapasitas: 244 cc
Tenaga & Torsi Maks.: 21 bhp @ 8.250 rpm/20,2 Nm @ 6.500 rpm
Kecepatan Maks.: 122 Km/jam
Velg: Depan/Belakang 300” x 12"
Ban: Depan 120/70-12, Belakang 130/70-12
Rem Depan / Belakang: Disc 220mm
Panjang: 1,940 mm
Lebar: 770 mm
Wheelbase: 1395 mm
Seat height: 790 mm
Weight – Dry: 146 Kg.
Fuel Capacity: 9,2 Liter
dicopy dari www.modmorcycle.blogspot.com/
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
gaRis KraS cEEeeIIiiiYYyy....
Posting Komentar