Rabu, 25 Februari 2009

AYAH


Sebut AYAH, maka para penggemar vespa di SURABAYA akan menunjukkan jalan KEDUNGDORO sebagai tempatnya. Dialah AYAH dari anak-anak muda penggila vespa yang suka nongkrong di markas kedungdoro, SURABAYA.

”Semua anak vespa yang mampir ke sini dia urus seperti anak sendiri. Itu sebabnya dia dipanggil AYAH,” ujar BOKIR salah satu fans ayah.

Pernyataan itu sama sekali tidak berlebihan. Betapa tidak, ayah tidak keberatan memasak makanan dan minuman untuk ”gerombolan” anak-anak vespa yang bertandang ke rumahnya, termasuk yang berasal dari luar Jawa. Kadang sekali datang jumlahnya belasan.

Ketika anak-anak vespa akan berangkat tur keliling kota, dia membuatkan nasi bungkus dan lauknya untuk bekal. Kemudian, istrinya akan mengiringi kepergian anak-anak itu dengan doa agar mereka selamat di perjalanan.

Ayah juga bersedia jadi teman curhat anak-anak vespa. ”Saya dengarkan apa saja keluhan mereka, kemudian saya beri nasihat, ’boleh saja ikut vespa , asal tetap punya iman’. Alhamdulillah, beberapa anak yang tadinya tidak benar, akhirnya tobat,” katanya.

Karena AYAH begitu baik, anak-anak vespa betah tinggal di rumahnya yang jadi markas gabungan berbagai club vespa di surabaya. Mereka bisa menginap di sana sehari, seminggu, sebulan, bahkan setahun.

Anak-anak itu tidur di mana saja di rumah sederhana AYAH di Gang KEDUNGDORO. Di rumah itu tidak ada barang mewah. Yang ada, tumpukan onderdil motor dan ”bangkai” vespa di hampir setiap sudut.

Dunia vespa memang lekat di kehidupan AYAH.
Anak laki lakinya adalah penggila vespa juga. Anak perempuannya juga sudah mulai ikut-ikutan main vespa.

Ayah terjun ke komunitas ini semata karena sayang kepada anak-anaknya. Awalnya, tahun 1995 dia datang ke sebuah acara komunitas vespa. Di sana dia melihat anak anak muda dalam keadaan super dekil dan mabuk. Sejak saat itu saya benar-benar mengawasi anak-anak saya dan teman-temannya. Saya tidak ingin anak-anak saya menjadi pemabuk dan pencandu narkoba,” katanya.
Hampir di setiap event vespa AYAH juga tidak segan-segan bergabung dengan tur yang diikuti anak-anak muda. ”Pertama saya dibonceng anak anak kemudian pakai vespa butut sendiri. Lama-lama saya jadi ketagihan ikut tur,” kata AYAH. AYAH punya cita-cita, suatu saat bisa tur keliling Indonesia bersama ISTRI tercinta. Berdua saja.

Sabtu, 21 Februari 2009

VESPA RUNGSEP, SCOTERIST GEMBELS


BAGAIMANAKAH cara kaum MISKIN mengekspresikan diri? Barangkali Anda bisa melihatnya di komunitas penggemar vespa gembel. Kalau kebanyakan orang suka pamer kemewahan, mereka justru pamer kegembelan. Inilah antitesis dari parade kemewahan di sekitar kita.

Komunitas ini mudah dikenali. Mereka umumnya mengendarai vespa rombeng tahun 1970-an atau 1980-an yang dimodifikasi sesuka hati hingga bentuknya aneh-aneh. Ada yang mengganti setang vespanya dengan setang tinggi menjulang. Mereka menyebut model ini sebagai vespa setang KETHEK karena pengendaranya akan terlihat seperti KETHEK yang sedang menggelayut di batang pohon.
Ada yang menambahi gerobak di samping vespanya. Ada pula yang menceperkan dan memanjangkan badan vespa hingga bermeter-meter. Yang begini mereka sebut vespa long.
Ciri lain, vespa model begini dekilnya minta ampun. Maklum, penggemarnya sengaja tidak mencucinya berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Tampilan vespa kian kumuh karena penggemarnya kerap menempelkan aneka ”sampah” di vespa mereka, mulai dari karung goni, gombal, drum bekas, galon air, sandal jepit, CD, selongsong mortir, botol infus, tengkorak sapi, hingga celana dalam.

”Pokoknya makin gembel makin keren. Itu berarti vespanya sering dipakai untuk keliling daerah,''
Tidak hanya rupa vespanya, tampilan sebagian penunggangnya pun sama acak-acakannya. Lihatlah anak anak RSJ yang berambut gimbal dan berpakaian lusuh.
Mengapa mereka mau menggembel-gembelkan diri? Ternyata ini ada kaitannya dengan faham kebebasan yang mereka anut. Mereka ingin merombak pandangan orang yang sering menilai orang lain dari penampilan luarnya.

”Mereka ingin buktikan bahwa orang yang berpenampilan gembel hatinya belum tentu jahat,” semua tahu persis bagaimana sakitnya disepelekan hanya karena penampilannya.
Dengan vespa gembel, komunitas ini bisa dengan bebas mengekspresikan diri. ”Kalau orang kaya bisa pamer kemewahan, kita bisa pamer kegembelan,”
mereka mengaku senang sekali jika sedang tur berpapasan dengan rombongan penggemar motor mewah. ”Ternyata orang di pinggir jalan lebih banyak yang ngeliatin kita daripada ngeliatin kelompok motor mewah. Kalau enggak pake vespa gembel, mana ada yang mau memerhatikan kita,”

Kebanyakan penggemar vespa gembel memang berasal dari kelompok menengah ke bawah. Mereka umumnya pengangguran, mahasiswa, atau buruh serabutan. Meski ada pula yang berprofesi sebagai seniman, guru, atau pemilik bengkel.

Di dunia nyata, kelas ini sering kali dipandang sebelah mata. Mereka kerap diabaikan dan dipinggirkan. Nah, lewat vespa gembel mereka menciptakan ruang ekspresi sendiri lantas merebut perhatian orang lain.

Lewat kegembelannya, mereka menyelipkan semacam semangat demokrasi di jalanan. Bagi mereka, jalanan yang sering digunakan orang-orang kaya untuk memamerkan mobil dan motor mewah, juga harus bisa menjadi ruang bagi rakyat jelata berkantong cekak.

Lantas bagaimana kita memandang komunitas semacam ini? Ketika kita melihat komunitas ini, sebenarnya kita sedang melihat sebentuk perlawanan rakyat jelata kepada pihak-pihak berkuasa yang gemar memuja kemewahan. Kegembelan mereka adalah antitesis dari parade kemewahan di sekitar kita.

Tidak heran, jika komunitas ini tumbuh subur di hampir semua daerah pinggir kota. Mereka menandai keberadaannya antara lain lewat kegiatan nongkrong setiap minggu.
Mereka membentuk jaringan yang kuat hingga ke kota-kota lain di luar Pulau Jawa. Mereka saling mengunjungi, saling membantu, bahkan saling mendoakan.

Ada semacam aturan tidak tertulis bahwa sebuah klub harus menjamu anggota klub dari kota lain yang mampir ke markas mereka. Mereka menyediakan makanan, tempat menginap sekadarnya, bahkan kadang menyumbang uang bensin.

Tamu-tamu itu sering kali tidak hanya menginap satu-dua hari, tetapi berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan ada yang menetap hingga satu tahun. Dari sini, persaudaraan antarkomunitas vespa gembel terbentuk dan berkembang luas.

Jumat, 20 Februari 2009

DEMAM PTS

Akhir - akhir ini terjadi trend baru yang melanda beberapa teman. semua pada berlomba - lomba mencari, membeli, & memodifikasi vespa PTS. sebenarnya kegilaan ini oke2 saja selama tidak mengganggu perekonomian pribadi dan keluarga soalnya susah bos memenejemen uang dengan hoby. batasannya tipis banget, kebutuhan membeli onderdil dan sperpart dengan susu bayi sama2 penting.
yang lebih penting adalah, bagaimana memodifikasi pemasukkan biar tetap lancar, sehingga dua2nya tetap berjalan seirama tanpa harus ada yang dikecewakan ok brrroooo