Senin, 19 Januari 2009

Minggu, 18 Januari 2009

TOUR JSR III part 2



Sore itu rasanya semua beban di perjalanan seakan akan tumpah bersama insident yang barusan terjadi. sejenak istirahat di depan klinik kesehatan, bercanda dengan ibu-ibu perawat dan kemudian makan sebungkus nasi bersama teman2 . rasanya begitu hangat suasana sore itu.
tak menunggu lama kita berangkat kembali melanjutkan perjalanan yang kurang dari 5 kilometer dengan diiringi hujan yang cukup lebat menguyur jalanan sampai ke tempat acara . sesampai di venue rasanya kita dipertemukan oleh ratusan saudara, teman, sahabat dan tentu saja vespa dengan berbagai bentuk, jenis dan modifikasi yang gokil abis.
akhirnya beralaskan jas hujan kita bersama tertidur di trotoar tepat didepan lapangan tempat acara digelar. pukul 9 malam kita baru terbangun, tak terasa perut keroncongan suasana riuh, bising, dingin, bercampur menjadi satu.



malam kian larut, brother koko mengajak kita semua untuk istirahat dirumah sodaranya. akhhhh ini rasanya menjadi malam yang indah, tidur pulas setelah menyantap makanan khas magelang bersama dalam sebuah kegembiraan perjalanan bersama.
pagi hari 15 desember 2008 kita kembali venue untuk melihat acara dan mencari beberapa onderdil yang cukup langka untuk melengkapi aksesoris vespa masing2. menjelang siang kita berangkat menuju borobudur , ya borobudur salah satu keajaiban dunia yang menjadi salah satu icon negeri ini. dengan berbagai pose kita menyusuri lorong2 kembali ke jaman sejarah masa lalu. hujan kembali menguyur mengiringi perjalan kembali pulang ke surabaya .

sebuah memori akan perjalanan yang begitu indah melewati waktu dan ruang menjadikan kita semakin mengerti setiap karakter dan jatidiri.
BRAVO SCOOTERISTA

Kamis, 15 Januari 2009

SOSOK LUGAS SEBUAH KARAKTER (1)


Langit pun mulai menghitam , air mulai mengguyur bumi ini
Suara-suara gaduh dan kepulan-kepulan asap
Mengiringi sebuah perjalanan berbagai karakter
Yang bersatu di sebuah komunitas scooter

Saat pertama kali musibah terjadi di awal perjalanan

Karena sebuah keteledoran pemerintah yang acuh
Hingga akhirnya menjadikan "Buruh Tani" terkapar
Tergolek tak berdaya di sebuah pom bensin

Pandangan sayu dan keraguan dari mata seorang bokir
Meninggalkan "Buruh Tani" sendiri



Hujan tak juga berhenti mengiringi
Lelah dan ngantuk mulai sangat terasa
Hingga akhirnya "Anarki Biru" mulai ngambek
Dan ketika darah excel hitam harus terputus
Saat kabel gasnya terputus

Dan semuapun terlelap meninggalkan dua karakter
Yang berusaha menyambung nadi excel hitam

Mungkin matahari yang mulai panas
Kelelahan yang sangat berat
Membuat semua jadi lepas kontrol
Dan akhirnya terpisah menjadi 3 jalan
Hingga bertemu di sebuah warung makan

Semangat kembali memuncak saat tiba di 3/4 jalan
Tiba-tiba musibah kembali hadir mengisi

Saat ban depan si ungu tiba-tiba meletus
Bergotong royong menyelamatkan saudara
Melepas lelah di sebuah rumah sakit

Hingga sampai di tempat yang dituju
Wajah yang layu mulai kembali mekar




"Sebuah sosok mulai terlihat dari berbagai karakter di keberangkatan ini,yang menjadikan kita mengerti sisi lain dari seorang teman yang selama ini kita kenal"



ANARKI BIRU SAY HELLO....


Jumat, 09 Januari 2009

PULANG JSR ...... POLISI itu.....

Dari kejauhan, lampu lalu-lintas di pertigaan kedurus dekat rumahku itu masih menyala
hijau. Segera kutekan gas vespaku. Aku tak mau terlambat. Apalagi
aku tahu perempatan di situ cukup padat, sehingga lampu merah biasanya menyala cukup lama. Kebetulan jalan di depannya agak lengang. Lampu berganti kuning. Hatiku berdebar berharap semoga aku bisa melewatinya segera. Tiga meter menjelang garis jalan, lampu merah menyala. Aku bimbang, haruskah aku berhenti atau terus saja. "Ah, aku tak punya kesempatan untuk
menginjak rem mendadak," pikirku sambil terus melaju.Prit!Di seberang jalan seorang polisi melambaikan tangan memintaku berhenti. Aku menepikan vespaku agak menjauh sambil mengumpat dalam hati.
Dari kaca spion aku melihat siapa polisi itu. Wajahnya tak terlalu asing. Hey, itu khan Andi, teman mainku semasa SMA dulu. Hatiku agak lega.Aku melompat dari vespa sambil membuka kedua lenganku. "Hai, Ndik. Senang sekali ketemu kamu lagi!". "Hai, This." Tanpa senyum. "Duh, sepertinya aku kena tilang nih? Aku memang agak buru-buru. Istriku sedang menunggu di rumah." "Oh ya?" Tampaknya Andi agak ragu. Nah, bagus kalau begitu.
"Ndik, hari ini anakku ulang tahun yang pertama. Aku dan istriku sudah menyiapkan segala
sesuatunya. Tentu aku tidak boleh terlambat, dong."
"Saya mengerti. Tapi, sebenarnya kami sering memperhatikan vespamu melintasi lampu merah di persimpangan ini." Oooo, sepertinya tidak sesuai dengan harapan. Aku harus ganti
strategi. "Jadi, kamu hendak menilangku? Sungguh, tadi aku tidak melewati lampu merah.. Sewaktu aku lewat lampu kuning masih menyala." Aha, terkadang berdusta sedikit bisa memperlancar keadaan. "Ayo dong This. Kami melihatnya dengan jelas. Tolong keluarkan SIM-mu." Dengan ketus Aku menyerahkan SIM, lalu naik keatas jok vespaku dan kucoba utk menstaternya. Sementara Andi menulis sesuatu di buku tilangnya....begitu lamanya. Beberapa saat kemudian Andi menepuk pundakku. Aku memandangi wajah Andi dengan penuh kecewa. Tanpa berkata-kata Andi kembali ke posnya. Aku membuka surat tilang yang diselipkan
Andi di saku jaket jeansku. Tapi, hei apa ini. Ternyata SIMnya
dikembalikan bersama sebuah nota. Kenapa ia tidak menilangku. Lalu nota ini apa? Semacam guyonan atau apa? Buru-buru aku membuka dan membaca nota yang berisi tulisan tangan Andi."Halo Tis, Tahukah kamu Tis, aku dulu mempunyai seorang anak. Sayang, ia sudah meninggal tertabrak pengemudi yang ngebut menerobos
lampu merah. Pengemudi itu dihukum penjara selama 3 bulan. Begitu bebas, ia
bisa bertemu dan memeluk ketiga anaknya lagi. Sedangkan anak kami
satu-satunya sudah tiada. Kami masih terus berusaha dan berharap agar Tuhan
berkenan mengkaruniai seorang anak agar dapat kami peluk. Ribuan kali kami
mencoba memaafkan pengemudi itu. Betapa sulitnya. Begitu juga kali ini.
Maafkan aku Tis. Doakan agar permohonan kami terkabulkan. Berhati-hatilah. (Salam,Andi)". Aku terhenyak. Aku segera meloncat dan mencari Andi. Namun, Andi sudah meninggalkan pos jaganya entah ke mana. Sepanjang jalan pulang aku mengendarai vespaku perlahan dengan hati tak menentu sambil berharap
kesalahanku... ....Tak selamanya pengertian kita harus sama dengan pengertian orang lain. Bisa jadi suka kita tak lebih dari duka rekan kita. Hidup ini sangat
berharga, jalanilah dengan penuh hati-hati. ..