Rabu, 15 April 2009

DIJUAL MURAAAAAAAAAH




DIJUAL CEPAT dan MUrah

Vespa super 1977 kepala 66, as kruk besar, siap touring, cat lumayan,
Rp. 4 juta nego (tidak termasuk yang naik vespa lho)
tertarik hub aam 031-71130372

CARI VESPA NDOK TERSERAH TAUN BERAPA
YANG PENTING BARANG BAGUS
HARGA PERSAHABATAN

Sabtu, 04 April 2009

SEMERU SCOOTER CLUB SSC'06 JATIM
gawe "RAKABAVES (Ranu Klakah Banjir Vespa)"
16-17 Mei 2009
tempat Taman Wisata Ranu Klakah Jatim

Jumat, 03 April 2009

KALO BESOK ISTRIKU AKU POLIGAMI DENGAN BANYAK VESPA, CEMBURUKAH ?

Sabtu, 28 Maret 2009


Kolektor Asing Buru Vespa Eks Pasukan Konga di Kongo


Kolektor asing, khususnya warga Australia, kini banyak yang memburu sepeda motor Vespa eks pasukan Garuda RI sewaktu bertugas sebagai misi penjaga perdamaian di Kongo, barat tengah Afrika, di era tahun 60 an.

Kondisi yang demikian membuat kolektor lokal giat melakukan pemburuan kendaraan tersebut ke sejumlah daerah di Jawa.

"Vespa Kongo saat ini banyak dicari para kolektor dan pecinta Vespa di Australia, kendaraan ini dikirim melalui Denpasar, Bali. Oleh sebab itu harganya pun terus melambung karena semakin sulit didapat," kata LATO.

Dari kalangan kelompok penggemar Vespa di Surabaya dan Sidoarjo diperoleh informasi sulit untuk mendapatkan kendaraan roda dua buatan Italia tahun 1963 itu, sebab motor tersebut banyak dicari oleh para penggemarnya.

LATO bahkan bersedia mencari sepeda motor bermesin 150 CC itu ke Malang dan Kediri yang selama ini dikabarkan masih dijumpai masyarakat yang menyimpan motor itu.

"Saya hanya mendapatkan satu unit di Kediri dan kendaraan ini segera saya bawa ke Suarabaya. Saya membelinya seharga lima juta rupiah,"tegasnya.

Di kalangan kolektor asing Vespa ini dijual berkisar antara Rp20 hingga Rp25 Juta. Dalam buku kepemilikan kendaraan bermotor ( BPKB) ada tulisan yang menjelaskan pasukan Garuda RI di Kongo pada 1963 yang ditandatangani oleh seorang Brigjen.

Dari baja dan unggul

Di kalangan penggemarnya Vespa Kongo dikenal sangat handal seluruh bodinya terbuat dari baja dan suku cadangnya sama dengan Vespa keluaran tahun 2000 an.

Kendaraan ini masuk ke Indonesia dibawa oleh anggota pasukan Garuda RI selepas mereka melaksanakan tugasnya di Kongo.

Para penggemar motor Vespa di Jatim mengaku tidak mengetahui mengapa jenis Vespa ini banyak digemari oleh asing.

"Saya tidak tahu mengapa orang asing justru menyenangi motor itu, tapi yang jelas dari kondisi mesin dan kenyamanannya Vespa Kongo jauh lebih unggul jika dibandingkan dengan Vespa baru. Pengendara tidak mudah capek, meskipun menempuh perjalanan jauh,"kata Pakde Sonic, salah seorang teknisi Vespa Surabaya.

Bahkan salah seorang pemilik Vespa Kongo di Denpasar, Bali, melalui iklannya di internet menawarkan motor tersebut seharga 22.500 dolar AS, meskipun kondisi keaslian dari Vespa itu sudah diubah oleh pemiliknya.

Senin, 23 Maret 2009

Sejarah Vespa Congo



ada sebuah ungkapan yang mengatakan bahwa “untuk berdamai maka mulailah perang.” Akhir sebuah peperangan ataupun konflik di sebuah wilayah selain membuahkan perdamaian, kadang juga tidak pernah terduga. Keadaan yg tidak terduga ini dapat berupa macam-macam bahkan tidak masuk akal, diantaranya adalah semakin populernya salah satu jenis kendaraan roda dua yakni Vespa.

Sejarah Vespa Congo

Seperti telah kita sama-sama ketahui, perang yang berkecamuk di benua Afrika dalam dekade 1960’an memberikan dampak yang irasional terhadap popularitas Vespa khususnya di tanah air tercinta ini. Sebagai bagian dari kepedulian Bangsa Indonesia terhadap perdamaian dunia, maka setelah berakhirnya Perang Congo (negara ini beberapa kali berganti nama Congo, Zaire, Congo) tanggal 31 Juli 1960 PBB mendaulat Republik Indonesia untuk mengirimkan pasukannya guna menjadi bagian dari pasukan penjaga perdamaian di Negara Congo. Wujud kepedulian yang tinggi atas perdamaian dimuka bumi, Bangsa Indonesia mengutus pasukan terbaiknya ke Congo dengan sandi Pasukan Garuda Indonesia melalui beberapa kali pendaratan.

This ad zapped.
Setelah tugas sebagai pasukan penjaga perdamaian diselesaikan, Pasukan Garuda Indonesia menerima tanda penghargaan dari Pemerintah Republik Indonesia, dimana salah satunya berupa Vespa (dari beberapa sumber mengatakan bahwa dalam pemberian itu juga ada yang berbentuk uang dan beberapa peti jarum jahit). Terlihat disini Vespa sesungguhnya telah mengikat kita (para scooteris) dengan bangsa kita dalam kancah internasional, walaupun tidak pernah tertulis dalam tinta emas sejarah republik ini.

Menarik disimak bahwa penghargaan Vespa tersebut juga tidak terlepas dari tradisi dalam dunia kemiliteran. Beberapa sumber mengatakan bahwa untuk Vespa yang berwarna hijau 150 cc ditujukan bagi tentara yg lebih tinggi tingkat kepangkatannya, sementara yang berwarna kuning dan biru 125 cc untuk tingkat kepangkatan yang lebih rendah. Selain itu guna melengkapi jati diri atas Vespa dimaksud juga di sematkan tanda nomor prajurit yang bersangkutan, pada sisi sebelah kiri handlebar (stang) yang berbentuk oval terbuat dari bahan kuningan serta sebuah piagam penghargaan yang menyertainya.

Setelah itu maka pada tahun-tahun tersebut ramailah Vespa dengan sebutan Vespa Congo berseliweran di jalan-jalan, sebuah Vespa baru yang menambah tipe Vespa sebelumnya telah hadir. Kondisi ini ternyata juga memberikan dampak positif bagi penjualan Vespa di tanah air saat itu. Vespa Congo yang berbentuk bulat telah memberikan konstribusi berupa iklan gratis bagi importir Vespa di Indonesia. Perkembangan ini kemudian menimbulkan semacam stigma disini bahwa Vespa yg berbentuk bulat ya…Vespa Congo.

Jadi jangan heran apabila saat ini generasi sebelum kita menyebut Vespa bulat dengan sebutan Vespa Congo, walaupun Vespa yang dimaksud sesungguhnya adalah Vespa keluaran tahun 1962 atau Vespa keluaran tahun 1965 misalnya (hal ini pernah penulis alami saat menanyakan pada seseorang yang cukup berumur sedang bersama vespanya dan dia bilang ini Vespa Congo…, ya…sudahlah).

Seiring dengan perjalanan waktu maka mulailah sebuah evolusi kepunahan atas Vespa Congo di tanah air terjadi. Banyak sebab yang menjadikan hal tersebut terjadi, seperti telah dijualnya Vespa dimaksud oleh pemilik aslinya atau ada beberapa bagian yang rusak berat sehingga sangat sulit untuk diperbaiki. Hal ini mengingat terbatasnya jumlah Vespa jenis tersebut yang disebabkan keberadaannya juga sangat signifikan dengan jumlah tentara kita yang menerima. Walaupun penulis pernah menemui Vespa jenis tersebut yang bukan milik Pasukan Garuda Indonesia (sepertinya pernah juga Vespa jenis tersebut masuk ke Indonesia melalui importir Vespa waktu itu ), namun tetap saja pasokan akan suku cadang maupun hal-hal lain yang menyertainya, seperti spakbor depan atau speedo meternya sangat minim tersedia. Tidak demikian halnya dengan Vespa jenis lain yang masih banyak diproduksi walaupun oleh rumah produksi lokal.

Dengan kondisi tersebut di atas maka Vespa Congo mulai masuk daftar sebagai salah satu The Most Wanted Vespa in Indonesia, yang dijadikan tunggangan scooteris maupun sebagai barang koleksi bagi kolektor Vespa.

Saudara Kandung Vespa Congo

Salah satu keunikan Vespa Congo adalah Vespa jenis tersebut tidak diproduksi oleh Italy melainkan oleh German. Dengan berbahan baku plat baja yang lebih keras dari pada Vespa bulat umumnya, Vespa Congo memiliki tingkat kelengkapan lebih dari pada Vespa made in Italy yang umum beredar di Indonesia (VBB1T maupun VBB2T). Vespa Congo adalah bukti penetrasi scooter produk Italy yang merambah dunia. Untuk dapat mengetahui hal ini dapat dimulai dari perkembangan Vespa di German.

Jacob Oswald Hoffmann adalah pemilik pabrik sepeda di Lintorf, sebuah kota yang terletak di Utara Dusseldorf. Dia membangun sendiri pabrik tersebut dengan membeli sebidang tanah yang diatasnya telah berdiri beberapa gedung bekas pabrik pacul/cangkul setelah berakhirnya perang. Suatu ketika pada awal 1949 ia mendapati beberapa foto vespa hasil jepretan wartawan berada diatas meja kerjanya. Dari sini ada perbedaan yang fundamental, kemudian Hoffman mencari tahu lebih banyak mengenai objek foto tersebut.

Kesempatan datang saat di Frankfurt Show, dimana Hoffmann dan Vespa bertemu langsung untuk pertama kalinya. Dari sana kemudian Hoffmann berkeinginan membangun pabrik Vespa di Lintorf. Ia kemudian mengajukan kepada Piaggio untuk diberikan lisensi membangun Vespa bagi pasar German.

Piaggio sangat mendukung permintaan Hoffmann tersebut. Mereka kemudian melihat secara langsung kemungkinan akan pasar Vespa di German dan mendapatkan bahwa Vespa dapat diterima oleh pasar German. Langkah berikutnya adalah mereka mengadakan pendekatan kepada beberapa importir, akan tetapi para importir tersebut tidak ada yang berminat. Penundaan ini diminimalisir dengan mempercepat penandatanganan kesepakatan kerjasama diantara keduanya, dan mulailah Hoffmann sebagai pemilik lisensi utama atas produk Vespa untuk seluruh German Barat juga sebagian pasar Vespa di bagian Utara negara tersebut dan berhak atas export ke Belanda, Belgia serta Denmark. Pertanggung jawaban penjualan untuk wilayah bagian Selatan negara tersebut ditangani oleh Vespa Marketing GmbH di Frankfurt.

Vespa ternyata cepat populer di German, media massa mengangkatnya sebagai produk yang inovatif dan stylis serta memuji Piaggio atas ciptaanya berupa kendaraan transportasi roda dua yang sangat menarik. Tahun 1953, pabrik Hoffmann telah memproduksi lebih dari 400 unit Vespa setiap minggunya. Akan tetapi memasuki tahun-tahun berikutnya angka produksi menurun hingga setengahnya. Dalam kondisi perekonomian German yang tidak menguntungkan tersebut, Hoffmann percaya akan jalan keluarnya yaitu tetap pada jalur kompetisi dan ia menciptakan Vespa dengan performa yang lebih bagus.

Kemudian ia menciptakan Vespa dengan sebutan model Konigin yang terlihat gagah dengan ditambahkan sentuhan chromm serta lampu depan dan lain sebagainya. Biaya pengembangan Konigin ternyata sangat mahal, dan membahayakan kondisi keuangan Hoffmann. Pembuatan scooter jenis baru lainnya juga menjadikan kerjasama antara Hoffmann dengan Piaggio terputus, memasuki awal tahun 1955 kongsi keduanya bubar.

Piaggio kemudian menjalin hubungan dengan Messerschmitt Co., yang kemudian mengeluarkan produksi Vespa pertama di tahun 1955. Mereka mengeluarkan dua model yaitu 150 Touren dan GS yang diklaim lebih dahsyat. Mereka juga menyediakan purna jual dan service serta spare part bagi Vespa produksi Hoffmann. Kerjasama ini berlanjut hingga akhir tahun 1957.

Setelah itu berdirilah Vespa GmbH Augsburg, perusahaan patungan antara Piaggio dan Martial Fane Organisation, kongsi ini kemudian juga menyediakan beberapa bagian bagi Vespa Messerschmitt. Kedua model yang dibuat saat kongsian dengan Messerschmitt (150 Touren dan GS) kemudian dikembangkan dengan beberapa modifikasi. Selain itu Vespa GmbH Augsburg juga melahirkan Vespa 125 cc yang pertama kali diperkenalkan dalam tahun 1958. Produksi berlanjut hingga tahun 1963, yang merupakan saat puncak perubahan scooter dan produksinya yang sudah tidak terlalu banyak. Pada kelanjutannya German kemudian mengimpor Vespa langsung dari Italy.

Dari uraian tersebut di atas dimanakah saudara kandung Vespa Congo kita sebenarnya? Ada beberapa hal yang patut diperhatikan disini yaitu, pertama dari sisi tahun kerjasama antara Piaggio dengan beberapa perusahaan di German dan kedua dari sisi tahun serta nomor produksi yang menyertai Vespa Congo itu sendiri. Dari penulusuran penulis terhadap beberapa Vespa Congo yang ada berdasarkan tahun keluaran dalam BPKB adalah tahun 1958 hingga 1963, hal ini sangat sinkron apabila dikaitkan dengan selesainya tugas Pasukan Garuda Indonesia saat menjadi pasukan penjaga perdamaian di Congo. Untuk kurun waktu tersebut maka kerjasama antara Piaggio dengan Hoffmann tidak masuk hitungan. Hal ini disebabkan kongsian keduanya bubar di tahun 1955 dan produk dari kerjasama itupun berbentuk Vespa dengan model stang sepeda dan menggunakan Fender Light. Kerjasama kedua Piaggio di German bersama Messerschmitt. Dari kerjasama inilah keluar produk Vespa GS yang sering disebut di Indonesia GS versi German dan 150 Touren yang merupakan cikal bakal Vespa Congo kita, akan tetapi kongsian itupun tidak bertahan lama karena di tahun 1957. mereka bubar. Namun pengembangan GS dan 150 Touren terus berlanjut, saat Piaggio kerjasama dengan Martial Fane Organization dengan mendirikan Vespa GmbH Augsburg 1958, dari kerjasama inilah kemudian lahir apa yang kita sebut sebagai Vespa Congo.(@)

Minggu, 15 Maret 2009

MENUNGGU PTS JADI>>>>

Anak gue TITAH , usianya baru menginjak 15 bulan. namun dia sudah keranjingan naik Odong-odong, begitulah orang menyebutnya… ga tau deh apa namanya ditempat laen. bentuknya seperti becak namun ditambahkan lagi mainan seperti binatang, motor atau mobil2an yang dapat dinaiki anak kecil. dan kendaraan tersebut digerakan lagi oleh rantai dan digowes oleh tukangnya diiringi alunan lagu.

Dulu ketika masih anak-anak jika ingin menaiki mainan sejenis mobil-mobilan atau kuda-kudaan kita harus mendatangi pusat perbelanjaan. Jumlah lokasinya pun belum sebanyak sekarang. Untuk menaiki mainan tersebut kita harus membeli koin khusus yang dijual pengelola. Kebutuhan setiap koin pada setiap mainan berbeda-beda, ada yang membutuhkan satu koin atau dua koin.

Namun kini kita tak perlu pergi ke Mal atau pusat perbelanjaan. kita tinggal menunggu didepan rumah dan tukang odong-odong akan lewat setiap pagi dan sore. Tarifnya memang cukup murah, cuma seribu untuk sebuah lagu. Namun buat TITAH tak cukup uang seribu, paling tidak 2 lagu dia baru mau turun itupun harus dipaksa. Memang tak banyak uang dua ribu, namun kalo dihitung perbulan lumayan juga… pagi 2000, sore 2000 dikalikan sebulan jadi 120ribu cuma buat naek odong-odong… pfiiuuh :roll: 8O.....Ayah tenang aja, ntar kalo PTS putihnya dah jadi..............TITAH siap MEERRRAAAUNNNGGG.....RRRAAUNNNGGG naek PTS............ups.....

Rabu, 25 Februari 2009

AYAH


Sebut AYAH, maka para penggemar vespa di SURABAYA akan menunjukkan jalan KEDUNGDORO sebagai tempatnya. Dialah AYAH dari anak-anak muda penggila vespa yang suka nongkrong di markas kedungdoro, SURABAYA.

”Semua anak vespa yang mampir ke sini dia urus seperti anak sendiri. Itu sebabnya dia dipanggil AYAH,” ujar BOKIR salah satu fans ayah.

Pernyataan itu sama sekali tidak berlebihan. Betapa tidak, ayah tidak keberatan memasak makanan dan minuman untuk ”gerombolan” anak-anak vespa yang bertandang ke rumahnya, termasuk yang berasal dari luar Jawa. Kadang sekali datang jumlahnya belasan.

Ketika anak-anak vespa akan berangkat tur keliling kota, dia membuatkan nasi bungkus dan lauknya untuk bekal. Kemudian, istrinya akan mengiringi kepergian anak-anak itu dengan doa agar mereka selamat di perjalanan.

Ayah juga bersedia jadi teman curhat anak-anak vespa. ”Saya dengarkan apa saja keluhan mereka, kemudian saya beri nasihat, ’boleh saja ikut vespa , asal tetap punya iman’. Alhamdulillah, beberapa anak yang tadinya tidak benar, akhirnya tobat,” katanya.

Karena AYAH begitu baik, anak-anak vespa betah tinggal di rumahnya yang jadi markas gabungan berbagai club vespa di surabaya. Mereka bisa menginap di sana sehari, seminggu, sebulan, bahkan setahun.

Anak-anak itu tidur di mana saja di rumah sederhana AYAH di Gang KEDUNGDORO. Di rumah itu tidak ada barang mewah. Yang ada, tumpukan onderdil motor dan ”bangkai” vespa di hampir setiap sudut.

Dunia vespa memang lekat di kehidupan AYAH.
Anak laki lakinya adalah penggila vespa juga. Anak perempuannya juga sudah mulai ikut-ikutan main vespa.

Ayah terjun ke komunitas ini semata karena sayang kepada anak-anaknya. Awalnya, tahun 1995 dia datang ke sebuah acara komunitas vespa. Di sana dia melihat anak anak muda dalam keadaan super dekil dan mabuk. Sejak saat itu saya benar-benar mengawasi anak-anak saya dan teman-temannya. Saya tidak ingin anak-anak saya menjadi pemabuk dan pencandu narkoba,” katanya.
Hampir di setiap event vespa AYAH juga tidak segan-segan bergabung dengan tur yang diikuti anak-anak muda. ”Pertama saya dibonceng anak anak kemudian pakai vespa butut sendiri. Lama-lama saya jadi ketagihan ikut tur,” kata AYAH. AYAH punya cita-cita, suatu saat bisa tur keliling Indonesia bersama ISTRI tercinta. Berdua saja.

Sabtu, 21 Februari 2009

VESPA RUNGSEP, SCOTERIST GEMBELS


BAGAIMANAKAH cara kaum MISKIN mengekspresikan diri? Barangkali Anda bisa melihatnya di komunitas penggemar vespa gembel. Kalau kebanyakan orang suka pamer kemewahan, mereka justru pamer kegembelan. Inilah antitesis dari parade kemewahan di sekitar kita.

Komunitas ini mudah dikenali. Mereka umumnya mengendarai vespa rombeng tahun 1970-an atau 1980-an yang dimodifikasi sesuka hati hingga bentuknya aneh-aneh. Ada yang mengganti setang vespanya dengan setang tinggi menjulang. Mereka menyebut model ini sebagai vespa setang KETHEK karena pengendaranya akan terlihat seperti KETHEK yang sedang menggelayut di batang pohon.
Ada yang menambahi gerobak di samping vespanya. Ada pula yang menceperkan dan memanjangkan badan vespa hingga bermeter-meter. Yang begini mereka sebut vespa long.
Ciri lain, vespa model begini dekilnya minta ampun. Maklum, penggemarnya sengaja tidak mencucinya berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Tampilan vespa kian kumuh karena penggemarnya kerap menempelkan aneka ”sampah” di vespa mereka, mulai dari karung goni, gombal, drum bekas, galon air, sandal jepit, CD, selongsong mortir, botol infus, tengkorak sapi, hingga celana dalam.

”Pokoknya makin gembel makin keren. Itu berarti vespanya sering dipakai untuk keliling daerah,''
Tidak hanya rupa vespanya, tampilan sebagian penunggangnya pun sama acak-acakannya. Lihatlah anak anak RSJ yang berambut gimbal dan berpakaian lusuh.
Mengapa mereka mau menggembel-gembelkan diri? Ternyata ini ada kaitannya dengan faham kebebasan yang mereka anut. Mereka ingin merombak pandangan orang yang sering menilai orang lain dari penampilan luarnya.

”Mereka ingin buktikan bahwa orang yang berpenampilan gembel hatinya belum tentu jahat,” semua tahu persis bagaimana sakitnya disepelekan hanya karena penampilannya.
Dengan vespa gembel, komunitas ini bisa dengan bebas mengekspresikan diri. ”Kalau orang kaya bisa pamer kemewahan, kita bisa pamer kegembelan,”
mereka mengaku senang sekali jika sedang tur berpapasan dengan rombongan penggemar motor mewah. ”Ternyata orang di pinggir jalan lebih banyak yang ngeliatin kita daripada ngeliatin kelompok motor mewah. Kalau enggak pake vespa gembel, mana ada yang mau memerhatikan kita,”

Kebanyakan penggemar vespa gembel memang berasal dari kelompok menengah ke bawah. Mereka umumnya pengangguran, mahasiswa, atau buruh serabutan. Meski ada pula yang berprofesi sebagai seniman, guru, atau pemilik bengkel.

Di dunia nyata, kelas ini sering kali dipandang sebelah mata. Mereka kerap diabaikan dan dipinggirkan. Nah, lewat vespa gembel mereka menciptakan ruang ekspresi sendiri lantas merebut perhatian orang lain.

Lewat kegembelannya, mereka menyelipkan semacam semangat demokrasi di jalanan. Bagi mereka, jalanan yang sering digunakan orang-orang kaya untuk memamerkan mobil dan motor mewah, juga harus bisa menjadi ruang bagi rakyat jelata berkantong cekak.

Lantas bagaimana kita memandang komunitas semacam ini? Ketika kita melihat komunitas ini, sebenarnya kita sedang melihat sebentuk perlawanan rakyat jelata kepada pihak-pihak berkuasa yang gemar memuja kemewahan. Kegembelan mereka adalah antitesis dari parade kemewahan di sekitar kita.

Tidak heran, jika komunitas ini tumbuh subur di hampir semua daerah pinggir kota. Mereka menandai keberadaannya antara lain lewat kegiatan nongkrong setiap minggu.
Mereka membentuk jaringan yang kuat hingga ke kota-kota lain di luar Pulau Jawa. Mereka saling mengunjungi, saling membantu, bahkan saling mendoakan.

Ada semacam aturan tidak tertulis bahwa sebuah klub harus menjamu anggota klub dari kota lain yang mampir ke markas mereka. Mereka menyediakan makanan, tempat menginap sekadarnya, bahkan kadang menyumbang uang bensin.

Tamu-tamu itu sering kali tidak hanya menginap satu-dua hari, tetapi berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan ada yang menetap hingga satu tahun. Dari sini, persaudaraan antarkomunitas vespa gembel terbentuk dan berkembang luas.

Jumat, 20 Februari 2009

DEMAM PTS

Akhir - akhir ini terjadi trend baru yang melanda beberapa teman. semua pada berlomba - lomba mencari, membeli, & memodifikasi vespa PTS. sebenarnya kegilaan ini oke2 saja selama tidak mengganggu perekonomian pribadi dan keluarga soalnya susah bos memenejemen uang dengan hoby. batasannya tipis banget, kebutuhan membeli onderdil dan sperpart dengan susu bayi sama2 penting.
yang lebih penting adalah, bagaimana memodifikasi pemasukkan biar tetap lancar, sehingga dua2nya tetap berjalan seirama tanpa harus ada yang dikecewakan ok brrroooo

Senin, 19 Januari 2009

Minggu, 18 Januari 2009

TOUR JSR III part 2



Sore itu rasanya semua beban di perjalanan seakan akan tumpah bersama insident yang barusan terjadi. sejenak istirahat di depan klinik kesehatan, bercanda dengan ibu-ibu perawat dan kemudian makan sebungkus nasi bersama teman2 . rasanya begitu hangat suasana sore itu.
tak menunggu lama kita berangkat kembali melanjutkan perjalanan yang kurang dari 5 kilometer dengan diiringi hujan yang cukup lebat menguyur jalanan sampai ke tempat acara . sesampai di venue rasanya kita dipertemukan oleh ratusan saudara, teman, sahabat dan tentu saja vespa dengan berbagai bentuk, jenis dan modifikasi yang gokil abis.
akhirnya beralaskan jas hujan kita bersama tertidur di trotoar tepat didepan lapangan tempat acara digelar. pukul 9 malam kita baru terbangun, tak terasa perut keroncongan suasana riuh, bising, dingin, bercampur menjadi satu.



malam kian larut, brother koko mengajak kita semua untuk istirahat dirumah sodaranya. akhhhh ini rasanya menjadi malam yang indah, tidur pulas setelah menyantap makanan khas magelang bersama dalam sebuah kegembiraan perjalanan bersama.
pagi hari 15 desember 2008 kita kembali venue untuk melihat acara dan mencari beberapa onderdil yang cukup langka untuk melengkapi aksesoris vespa masing2. menjelang siang kita berangkat menuju borobudur , ya borobudur salah satu keajaiban dunia yang menjadi salah satu icon negeri ini. dengan berbagai pose kita menyusuri lorong2 kembali ke jaman sejarah masa lalu. hujan kembali menguyur mengiringi perjalan kembali pulang ke surabaya .

sebuah memori akan perjalanan yang begitu indah melewati waktu dan ruang menjadikan kita semakin mengerti setiap karakter dan jatidiri.
BRAVO SCOOTERISTA

Kamis, 15 Januari 2009

SOSOK LUGAS SEBUAH KARAKTER (1)


Langit pun mulai menghitam , air mulai mengguyur bumi ini
Suara-suara gaduh dan kepulan-kepulan asap
Mengiringi sebuah perjalanan berbagai karakter
Yang bersatu di sebuah komunitas scooter

Saat pertama kali musibah terjadi di awal perjalanan

Karena sebuah keteledoran pemerintah yang acuh
Hingga akhirnya menjadikan "Buruh Tani" terkapar
Tergolek tak berdaya di sebuah pom bensin

Pandangan sayu dan keraguan dari mata seorang bokir
Meninggalkan "Buruh Tani" sendiri



Hujan tak juga berhenti mengiringi
Lelah dan ngantuk mulai sangat terasa
Hingga akhirnya "Anarki Biru" mulai ngambek
Dan ketika darah excel hitam harus terputus
Saat kabel gasnya terputus

Dan semuapun terlelap meninggalkan dua karakter
Yang berusaha menyambung nadi excel hitam

Mungkin matahari yang mulai panas
Kelelahan yang sangat berat
Membuat semua jadi lepas kontrol
Dan akhirnya terpisah menjadi 3 jalan
Hingga bertemu di sebuah warung makan

Semangat kembali memuncak saat tiba di 3/4 jalan
Tiba-tiba musibah kembali hadir mengisi

Saat ban depan si ungu tiba-tiba meletus
Bergotong royong menyelamatkan saudara
Melepas lelah di sebuah rumah sakit

Hingga sampai di tempat yang dituju
Wajah yang layu mulai kembali mekar




"Sebuah sosok mulai terlihat dari berbagai karakter di keberangkatan ini,yang menjadikan kita mengerti sisi lain dari seorang teman yang selama ini kita kenal"



ANARKI BIRU SAY HELLO....


Jumat, 09 Januari 2009

PULANG JSR ...... POLISI itu.....

Dari kejauhan, lampu lalu-lintas di pertigaan kedurus dekat rumahku itu masih menyala
hijau. Segera kutekan gas vespaku. Aku tak mau terlambat. Apalagi
aku tahu perempatan di situ cukup padat, sehingga lampu merah biasanya menyala cukup lama. Kebetulan jalan di depannya agak lengang. Lampu berganti kuning. Hatiku berdebar berharap semoga aku bisa melewatinya segera. Tiga meter menjelang garis jalan, lampu merah menyala. Aku bimbang, haruskah aku berhenti atau terus saja. "Ah, aku tak punya kesempatan untuk
menginjak rem mendadak," pikirku sambil terus melaju.Prit!Di seberang jalan seorang polisi melambaikan tangan memintaku berhenti. Aku menepikan vespaku agak menjauh sambil mengumpat dalam hati.
Dari kaca spion aku melihat siapa polisi itu. Wajahnya tak terlalu asing. Hey, itu khan Andi, teman mainku semasa SMA dulu. Hatiku agak lega.Aku melompat dari vespa sambil membuka kedua lenganku. "Hai, Ndik. Senang sekali ketemu kamu lagi!". "Hai, This." Tanpa senyum. "Duh, sepertinya aku kena tilang nih? Aku memang agak buru-buru. Istriku sedang menunggu di rumah." "Oh ya?" Tampaknya Andi agak ragu. Nah, bagus kalau begitu.
"Ndik, hari ini anakku ulang tahun yang pertama. Aku dan istriku sudah menyiapkan segala
sesuatunya. Tentu aku tidak boleh terlambat, dong."
"Saya mengerti. Tapi, sebenarnya kami sering memperhatikan vespamu melintasi lampu merah di persimpangan ini." Oooo, sepertinya tidak sesuai dengan harapan. Aku harus ganti
strategi. "Jadi, kamu hendak menilangku? Sungguh, tadi aku tidak melewati lampu merah.. Sewaktu aku lewat lampu kuning masih menyala." Aha, terkadang berdusta sedikit bisa memperlancar keadaan. "Ayo dong This. Kami melihatnya dengan jelas. Tolong keluarkan SIM-mu." Dengan ketus Aku menyerahkan SIM, lalu naik keatas jok vespaku dan kucoba utk menstaternya. Sementara Andi menulis sesuatu di buku tilangnya....begitu lamanya. Beberapa saat kemudian Andi menepuk pundakku. Aku memandangi wajah Andi dengan penuh kecewa. Tanpa berkata-kata Andi kembali ke posnya. Aku membuka surat tilang yang diselipkan
Andi di saku jaket jeansku. Tapi, hei apa ini. Ternyata SIMnya
dikembalikan bersama sebuah nota. Kenapa ia tidak menilangku. Lalu nota ini apa? Semacam guyonan atau apa? Buru-buru aku membuka dan membaca nota yang berisi tulisan tangan Andi."Halo Tis, Tahukah kamu Tis, aku dulu mempunyai seorang anak. Sayang, ia sudah meninggal tertabrak pengemudi yang ngebut menerobos
lampu merah. Pengemudi itu dihukum penjara selama 3 bulan. Begitu bebas, ia
bisa bertemu dan memeluk ketiga anaknya lagi. Sedangkan anak kami
satu-satunya sudah tiada. Kami masih terus berusaha dan berharap agar Tuhan
berkenan mengkaruniai seorang anak agar dapat kami peluk. Ribuan kali kami
mencoba memaafkan pengemudi itu. Betapa sulitnya. Begitu juga kali ini.
Maafkan aku Tis. Doakan agar permohonan kami terkabulkan. Berhati-hatilah. (Salam,Andi)". Aku terhenyak. Aku segera meloncat dan mencari Andi. Namun, Andi sudah meninggalkan pos jaganya entah ke mana. Sepanjang jalan pulang aku mengendarai vespaku perlahan dengan hati tak menentu sambil berharap
kesalahanku... ....Tak selamanya pengertian kita harus sama dengan pengertian orang lain. Bisa jadi suka kita tak lebih dari duka rekan kita. Hidup ini sangat
berharga, jalanilah dengan penuh hati-hati. ..